Sejak awal kemunculannya, dangdut sudah sangat dekat dengan dunia sinema. Lagu-lagu yang digunakan dalam film India menjadi salah satu inspirasi penting bagi perkembangan musikal dangdut. Oleh karena itu, menjadi hal yang tidak mengherankan ketika muncul keinginan dari para pelaku musikal dangdut untuk membuat film bertemakan dangdut. Dengan menggandeng A. Haris sebagai sutradara, Rhoma Irama menjadi musisi dangdut yang pertama kali berinisiatif untuk membuat film bertemakan dangdut berjudul “Oma Irama Penasaran” yang dirilis pada tahun 1976. Dipilihnya A. Haris oleh Rhoma Irama bukan tanpa alasan, sebelumnya A. Haris telah melanglang buana di ranah musik irama atau orkes Melayu bersama Orkes Melayu Sinar Medan hingga berhasil menggubah salah satu lagu irama Melayu paling sukses berjudul “Kudaku Lari”. Selain itu, A. Haris juga sangat akrab dengan dunia perfilman di Indonesia dan Malaysia. Film “Oma Irama Penasaran” yang diterima dengan baik oleh masyarakat diikuti dengan dirilisnya film-film lain yang dibintangi oleh Rhoma Irama seperti “Gitar Tua Oma Irama” (1976), “Darah Muda” (1977), dan “Rhoma Irama Berkelana I & II” (1978).
Film-film bertemakan dangdut yang dibintangi oleh Rhoma Irama berhasil menjadi titik tolak eksistensi dangdut di ranah sinema Indonesia hingga menginspirasi produser-produser film di Indonesia untuk memasukan elemen-elemen dangdut dalam film-film yang mereka produseri. Sebut saja film-film yang dibintangi oleh A. Rafiq seperti “Pandangan Pertama” (1979), “Milikku” (1979), dan “Dari Mata Turun ke Hati” (1979). Selain itu, film-film yang dibintangi Warkop DKI seperti “Mana Tahan” (1979) dan “Gengsi Dong” (1980) juga sama-sama memasukan lagu dangdut di dalam ceritanya. Tidak hanya itu, kedua film tersebut juga mengikutsertakan musisi dangdut ternama seperti Elvi Sukaesih dan Camelia Malik sebagai pemeran utama. Melihat banyaknya film bertemakan dangdut yang dirilis pada tahun 1979, maka tidak berlebihan kiranya jika banyak yang menganggap bahwa tahun 1979 adalah tahun dangdut.
Kesuksesan film bertemakan dangdut yang mencapai puncaknya di akhir 1970-an hingga pertengahan tahun 1980-an juga mengalami penurunan seiring dengan semakin lesunya industri film di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Baru pada saat kebangkitan sinema Indonesia di awal tahun 2000-an, dangdut mulai terlihat kembali mempengaruhi industri film di Indonesia. Film “Mendadak Dangdut” (2006) yang disutradarai oleh Rudi Soedjarwo dapat dikatakan menjadi penanda kembalinya eksistensi film bertemakan dangdut di ranah sinema Indonesia. Setelah itu mulai bermunculan film-film bertemakan dangdut dengan format yang lebih variatif seperti sinetron dan FTV.