Ketika Anda mencari gambar atau video klip Nasida Ria atau El-Hawa, Anda akan mendapati sekelompok perempuan menggunakan kerudung serta berpakaian panjang menutupi tangan dan kaki. Busana serupa juga ditemukan melekat pada penyanyi yang dijuluki Ratu Kendang, Mutik Nida yang kerap membawakan sholawat dangdut. Hal ini dapat terkait dengan lagu-lagu yang mereka bawakan yang kebanyakan berisi nasihat atau ajaran yang berlandaskan nilai-nilai Islam.
Atribut agama serta lirik-lirik lagu bernapaskan nilai Islam yang terdapat dalam penampilan sebagian penyanyi dangdut tidak terlepas dari kedekatan musik dangdut dengan praktik seni dalam agama Islam seperti pembacaan Al-Quran oleh laki-laki (qari) dan perempuan (qariah), qasidah, serta musik gambus. Penampil seni musik Islam yang perempuan umumnya mengenakan pakaian yang menutupi aurat dan sebagian dari mereka terus mengenakan pakaian semacam itu ketika membawakan musik dangdut. Salah satu contoh penyanyi yang secara konsisten mengenakan kerudung sejak membawakan seni Islami sampai menyanyikan lagu dangdut adalah Kurniawati.
Penyanyi ini mulai menjajaki ranah dangdut setelah bertemu Emha Ainun Najib atau yang akrab disapa Cak Nun—budayawan dan tokoh agama kelahiran Jombang, Jawa Timur—dan diajak bergabung dengan KiaiKanjeng, repertoar yang sering digunakan Cak Nun sebagai pengiring dakwah. Di situs resmi Cak Nun dikatakan, keterlibatan Kurniawati dalam tur-tur KiaiKanjeng mendorongnya mempelajari dangdut, Melayu, Jawa, Banyuwangi, pop, musik-musik Arab, serta musik-musik etnik lainnya. Tahun 2000, Kurniawati turut berkontribusi dalam album Dangdut Kesejukan yang dirilis KiaiKanjeng. Ketika tampil bersama KiaiKanjeng, Kurniawati senantiasa mengenakan kerudung.
Dalam konteks penampilan Nasida Ria, El-Hawa, Mutik Nida, dan Kurniawati, atribut agama yang melekat pada diri mereka dapat memperkuat personal branding yang diciptakan. Sinkronisasi pakaian dan lagu-lagu yang mereka bawakan mengarahkan pandangan khalayak bahwa musik-musik yang mereka bawakan adalah musik dangdut religi atau yang mengandung nasihat, meskipun di kemudian hari tidak menutup kemungkinan mereka membawakan lagu-lagu bertema lain.
Di luar penyanyi dangdut perempuan yang membawakan lagu-lagu religius, ada pula penyanyi lain yang tampil dengan kerudung dan membawakan lagu bertema lain, contohnya Elvy Sukaesih. Dalam acara Indonesian Dangdut Award 2017 lalu, ia membawakan salah satu lagu yang melambungkan namanya, “Gula-Gula”.
Penampilannya sekarang berbeda dari penampilannya pada video klip lagu tersebut yang dibuat pada pengujung 1980-an, di mana Elvy terlihat mengenakan gaun yang lebih terbuka dan belum berkerudung.
Ada pula grup qasidah dangdut Qasima yang selain membawakan lagu bertema religi, juga menyanyikan lagu dengan tema lain seperti “Jare Sopo” yang menceritakan tentang musik dangdut yang tidak lagi dilihat kampungan. Pada salah satu pertunjukan langsung, mereka membawakan pula lagu dari penyanyi lain seperti “Bojo Galak” yang dipopulerkan Via Vallen.
Selain Elvy, Evie Tamala, Ikke Nurjanah dan Cici Paramida adalah contoh penyanyi dangdut perempuan yang memutuskan memakai kerudung di tengah perjalanan karier mereka. Jika penampilan Nasida Ria dan El-Hawa terkait erat dengan konten lagu yang mereka bawakan, penampilan Ikke dan Cici lebih terkait dengan pengalaman personal mereka. Dalam sebuah wawancara dengan JawaPos.com, Ikke menyatakan keputusannya untuk tampil berkerudung bermula setelah ia melakukan perjalanan haji. Berikut petikan cerita
Ikke kepada wartawan JawaPos.com.“Ada satu momen saya ngga nyaman lagi ngga pakai jilbab, makanya saya pakai jilbab. Saya merasa lebih tentram… Orang tua senang banget, saya bilang saya ngga sempurna tapi saya akan belajar. Anak-anak juga mendukung karena saya nyaman.” (JawaPos.com, 19 Februari 2018)
Alasan senada dengan Ikke juga diutarakan Cici. Pelantun “Wulan Merindu” ini mengatakan bahwa dia lebih merasa tenang dan damai semenjak tampil berkerudung. Lebih lanjut, pilihan sebagian selebritas, termasuk penyanyi dangdut perempuan seperti mereka untuk tampil berkerudung juga didorong masih terbukanya peluang berkarier setelah mereka memutuskan menutup aurat. Hal ini tersirat dari pendapat Cici Paramida yang dimuat Viva.co.id pada 2016 lalu, “…Menurut saya, banyak kok artis yang pakai jilbab, atau hijab tetap pekerjaan mereka lancar saja. Jadi, saya yakin berhijab” (Junianto, 2016).
Dari sini, dapat dipahami bahwa industri hiburan membuka peluang bagi keberagaman representasi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Khususnya di dunia dangdut, akses berkarier bagi penyayi-penyanyi perempuan yang masih terbuka ini perlahan dapat menggeser cara pandang sebagian orang bahwa musik dangdut erat kaitannya dengan penampilan sensual. Terlebih lagi, di kontes-kontes dangdut di televisi seperti KDI, D’Academy, dan Bintang Pantura, mulai bermunculan penampil-penampil yang mengenakan atribut agama seperti kerudung tadi sebagaimana ditemukan di sejumlah kontes pencarian bakat lainnya.
Referensi
Ikke Nurjanah Beberkan Alasannya Berhijab. (2018). Jawapos.com. Diakses dari